Selasa, 16 September 2008

Opini Islam

KONFERENSI DUNIA

Sambutan Raja Abdullah bin Abdulaziz

(Konferensi Dunia tentang Dialog)


Madrid – Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang telah mewahyukan dalam
Kitab Suci-Nya: "Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan, dan Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang
paling bertakwa."


Damai dan rahmat atas Nabi Muhammad dan atas seluruh nabi dan rasul.

Yang Mulia, sahabatku, Juan Carlos, Raja Spanyol:

Sahabat-sahabat yang terhormat: Selamat datang, dan saya ucapkan
terima kasih kepada Anda yang telah menjawab undangan kami dan hadir
dalam dialog ini. Saya menghargai segala upaya yang anda lakukan
dalam melayani kemanusiaan. Saya haturkan penghargaan setinggi-
tingginya kepada sahabat-sahabat saya, Yang Mulia Raja Juan Carlos
dan Kerajaan Spanyol, serta rakyatnya yang penuh keramahan menyambut
berkumpulnya kita dalam konferensi ini di tanah air mereka, sebuah
wilayah yang memiliki warisan bersejarah dan peradaban di antara umat-
umat beragama, dan yang telah menjadi saksi koeksistensi antara
rakyat dari berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan, dan yang
memberi sumbangan, bersama peradaban-peradaban lain, bagi kemajuan
umat manusia.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: saya datang kepada Anda dari tempat
yang dekat dengan hati semua Muslim, tanah tempat Dua Masjid Suci,
membawa sebuah pesan dari dunia Islam, yang mewakili para sarjana dan
pemikirnya yang belum lama ini bertemu dalam lingkup Baitullah. Pesan
ini menyatakan bahwa Islam merupakan sebuah agama yang tidak berlebih-
lebihan dan bertenggang rasa; sebuah pesan yang menyerukan bagi
dialog konstruktif di antara umat beragama; sebuah pesan yang
berjanji membuka sebuah halaman baru bagi umat manusia yang di
dalamnya – Insya Allah – musyawarah akan menggantikan konflik.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Kita semua percaya pada Tuhan yang
Maha Esa, yang mengirimkan para utusan-Nya demi kebaikan umat manusia
di dunia ini dan akhirat nanti. Sudah kehendak-Nya, Maha Besar Allah,
bahwa manusia harus berbeda dalam keyakinan. Jika Allah Yang Maha
Kuasa berkehendak, semua manusia akan memiliki agama yang sama. Kita
bertemu hari ini untuk menegaskan bahwa agama-agama yang dikehendaki
Allah Yang Maha Kuasa demi kebahagiaan umat seharusnya menjadi sarana
untuk memastikan terwujudnya kebahagiaan itu.

Karena itu wajib hukumnya bagi kita untuk menyatakan kepada dunia
bahwa perbedaan tidak harus menyebabkan konflik dan konfrontasi, dan
untuk menyatakan bahwa tragedi-tragedi yang telah terjadi dalam
sejarah manusia tidak ada hubungannya dengan agama, tetapi merupakan
akibat dari ekstremisme yang sebagian umat dari setiap agama ilahiah,
dan dari setiap ideologi politik, telah pernah mengalaminya.

Umat manusia dewasa ini sedang menderita akibat hilangnya nilai-nilai
dan kerancuan konseptual, dan sedang melalui sebuah tahapan kritis di
mana, terlepas dari segala kemajuan ilmu pengetahuan yang ada, kita
sedang menyaksikan berkembang biaknya kejahatan, meningkatnya
terorisme, terpecahnya keluarga, pemberontakan pikiran-pikiran kaum
muda akibat penyalahgunaan obat-obatan, pemerasan yang lemah oleh
yang kuat, dan kecenderungan- kecenderungan rasis penuh kebencian. Ini
semua merupakan akibat dari kekosongan spiritual yang diderita orang
karena mereka melupakan Tuhan, dan Tuhan menyebabkan mereka melupakan
diri mereka sendiri. Tidak ada penyelesaian bagi kita selain
menyepakati sebuah kesatuan pendekatan, melalui dialog di antara
agama dan peradaban.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Kebanyakan dialog di masa lalu
gagal karena mereka telah terpuruk menjadi tempat saling menuding
yang memusatkan perhatiannya pada perbedaan-perbedaan yang ada dan
melebih-lebihkannya ; dengan upaya-upaya mandul yang justru semakin
memperburuk dan bukannya meredakan ketegangan, atau karena mereka
mencoba untuk mencampurkan agama dan keyakinan dengan alasan untuk
mempererat persatuan mereka.

Ini adalah sebuah upaya yang sama-sama tidak akan membuahkan hasil
karena umat tiap-tiap agama memiliki iman yang teguh terhadap
keyakinan mereka masing-masing, dan tidak akan menerima pilihan lain
yang ditawarkan. Jika kita ingin pertemuan bersejarah ini berhasil,
kita harus memusatkan perhatian pada persamaan-persamaan yang
menyatukan kita, yaitu iman yang kuat kepada Tuhan, prinsip-prinsip
yang mulia, dan nilai-nilai moral yang tinggi, yang merupakan
intisari agama.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Manusia dapat menjadi penyebab
kehancuran planet ini dan semua yang ada di dalamnya. Tapi manusia
juga mampu mengubahnya menjadi sebuah oasis perdamaian dan ketenangan
tempat para umat berbagai agama, keyakinan, dan filosofi dapat hidup
berdampingan, dan orang dapat bekerja sama satu dengan yang lain
dalam sikap saling menghormati, dan mengatasi berbagai permasalahan
melalui dialog, bukan kekerasan.

Manusia juga mampu – dengan rahmat Allah – memusnahkan kebencian
dengan cinta, dan kemunafikan dengan toleransi, yang dengan demikian
memungkinkan semua umat manusia menikmati martabat yang telah
dianugerahkan Yang Maha Kuasa kepada mereka semua.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Marilah kita jadikan dialog kita
sebagai sebuah kemenangan keyakinan atas ketidakyakinan, kebajikan
atas kejahatan, keadilan atas ketidakadilan, perdamaian atas konflik
dan perang, dan persaudaraan manusia atas rasisme.

Karena itu, bersama Tuhan kita memulai, dan kepada-Nya kita memohon
pertolongan. Saya mengulurkan sambutan dan menghaturkan penghargaan
tulus saya kepada Anda semua.

Terima kasih dan damai bagi kita.

* Raja Abdullah bin Abdulaziz adalah Raja Kerajaan Arab Saudi.
Konferensi Dunia tentang Dialog berlangsung di Madrid pada 16-18 Juli
2008.

**Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground
(CGNews) dan dapat dibaca



Tidak ada komentar:

Humanity First-Serving Mankind