Kamis, 19 Februari 2009

Derita Ahmadiyah dan Jasanya

Ahmadiyah, Derita di Atas Jasa

Oleh : Heni Purwono

13-Des-2008, 21:52:03 WIB - [www.kabarindonesia. com]


KabarIndonesia - Kalau Salman Rushdie dianggap menodai Islam dengan
Ayat-ayat Setan-nya, hal serupa dialami oleh Jamaat Ahmadiyah yangdinilai "menyekutukan" kerasulan Muhammad. Namun nasib jelas berbeda.Kalau Salman Rushdie akhirnya dihukum mati sebagai pribadi, makaJamaat Ahmadiyah secara komunal menjadi bulan-bulanan dari mayoritasyang cenderung berlaku tiran. Sungguh menyedihkan, klaim sesat yangdituduhkan terhadap Jamaat Ahmadiyah justru kebanyakan diakibatkan
oleh desas-desus yang kemudian dijadikan sebagai pembenaran terhadapaktifitas perusakan terhadap Jamaat Ahmadiyah.

Melihat Ahmadiyah Apa Adanya

Kemunculan Ahmadiyah sesungguhnya tak jauh berbeda dengan kemunculan dari faham-faham di Jawa maupun di belahan bumi manapun yangsenantiasa rindu akan tokoh perubah dari keadaan yang carut marut,menjadi zaman yang gilang-gemilang. Sehingga, muncullah kemudian
konsepsi ratu adil, satria piningit, eru cakra, mesias, maupunmelanerisme.
Tak aneh jika faham ini dimana pun dan kapan pun senantiasa akanmenggurita. Hal ini dikarenakan sudah menjadi sebuah hukum alam bahwarotasi kehidupan tentu akan selalu bergulir, dan kondisi perubahan kearah yang lebih dan lebih baik lagi tentu selalu dirindukan oleh semuakalangan. Terlebih ketika faham itu kemudian berbalut denganlegitimasi sebuah religi, makin klop-lah apa yang diyakini tersebutsebagai sebuah kasunyatan.

Ahmadiyah berangkat dari landasan yang hampir diyakini oleh seluruhumat, tak hanya umat Islam, akan munculnya Imam Mahdi. Nah, Imam Mahdidan Isa yang dijanjikan dalam satu nama ini diyakini sebagai pengikutsetia dari Rosululloh Muhammad. Dan bagi kalangan Ahmadiyah, kriteriasemacam ini menitis pada sosok Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qodian
yang mendakwakan dirinya sebagai Imam Mahdi yang dijanjikan.

Konsespsi Pulung dan Tanda-tanda Kenabian

Ternyata konsep pulung atau wahyu yang terkait dengan kondisi alamataupun lingkungan tak hanya dianut oleh tradisi Jawa, melainkankonsepsi tersebut diyakini oleh hampir semua umat di dunia, apapunkepercayaannya. Demikian juga dengan Jamaat Ahmadiyah, ternyatakeyakinan mereka terhadap "kenabian" Mirza Ghulam Ahmad juga diawalidengan gejala alam, yaitu kemunculan gerhana bulan dan matahari dalambulan yang sama, dan hal itu diyakini telah terjadi pada bulanRamadhan tahun 1894 setelah sebelumnya didahului dengan pembaiatanterhadap 40 pengikut Mirza Ghulam Ahmad di Ludhiana, India pada 23Maret 1889.

Dari tokoh sentral Mirza Ghulam Ahmad inilah diyakini oleh JamaatAhmadiyah bahwa keberadan dunia akan selamat ketika umat mendekatkandiri kepada Tuhan dan juga dekat dengan Imam akhir zaman. Konsepsisemacam ini sebenarnya bukanlah menjadi hal yang baru lagi. Hanya sajasepertinya Jamaah Ahmadiyah terlanjur keseleo menisbatkan tokohsentralnya sebagai seorang nabi. Apesnya lagi, kata-kata nabi sudahterlanjur dikeramatkan oleh sebagian besar kalangan dan telah dianggaphabis masa berlakunya.

Sebagaimana Ayat-ayat Setan-nya Salman Rushdie, sesungguhnya Salmanbisa saja selamat dari hukuman mati seandainya ia mau menggantiAyat-ayat Setan menjadi Ayat-ayat Salman. Atau seandainya menggantinyadengan kata Ayat-ayat Cinta, bisa jadi Habiburrahman El Shirazi takakan seterkenal sekarang ini. Pun demikian dengan "kenabian" MirzaGhulam Ahmad. Seandainya saja ia tidak mentasbihkan diri sebagai nabi,namun cukup menggunakan kata wali, bisa jadi ceritanya akan lain.

Lihatlah semisal, keberadaan para Wali Songo atau bahkan Sultan AgungHanyokro Kusumo Khalifatulloh Jawa, yang sebenarnya memosisikan dirilayaknya nabi. Dan ternyata kebenaran semacam itu lebih bisa diterimaoleh banyak kalangan yang sudah menganggap kata nabi sebagai sesuatuyang sudah menjadi titik mati. Padahal, esensi dari tokoh-tokoh itu dimata pengikutnya, bukankah sama? Dianggap sebagai satria piningit yangakan membawa kesejahteraan bagi rakyat, lepas dari keterpurukan zaman.

Jikalau semua kalangan faham akan konsep ratu adil tersebut, makaniscaya tak akan sampai terjadi arogansi di kalangan masyarakat danpemaksaan terhadap suatu keyakinan. Mengingat sesungguhnya apa yangdiyakini oleh Jamaat Ahmadiyah sejatinya juga diyakini oleh semuaumat, hanya saja dengan kadar penamaan tokoh yang berbeda.

Melihat Jasa-jasa, Melepaskan Derita

Dalam sejarahnya, kedatangan Ahmadiyah pertama kali di kawasan kitayaitu di tahun 1925. dan pada masa itu, tentunya menjadi sebuahpencerahan spiritual di tengah penindasan kaum kolonial yang jugamembawa misi religi. Jamaat Ahmadiyah juga mendukung perjuangan bangsa
Indonesia dengan kekuatan spiritual dengan menginstruksikan seluruhpengikutnya untuk berpuasa Senin-Kamis selama dua bulan penuh di tahun1946, membakar semangat perjuangan di media surat kabar yang tersebarhingga ke luar negeri, dan bahkan Soekarno pun sangat terharu denganperjuangan dan pergerakan Ahmadiyah.

Tak aneh jika dalam buku 'Di Bawah Bendera Revolusi', Ahmadiyahmenjadi salah satu bahasannya. Kalangan Jamaat Ahmadiyah yang mahirberbahasa Urdu juga sempat membantu informasi melalui radio bagipasukan Inggris yang sebagian besar merupakan tentara Gurkha yangtergabung dalam pasukan perdamaian NICA, dalam melucuti senjataJepang. Bahkan mungkin jarang yang tahu, ketika rezim Orde Lamaberkuasa kemudian digulingkan oleh mahasiswa sehingga melahirkan OrdeBaru, salah satu aktor paling berpengaruh adalah seorang Ahmadi(sebutan bagi "penganut" Ahmadiyah) yaitu Khuddam, Arif Rahman Hakim,Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang gugur menjadimartir bagi perjuangan mahasiswa untuk memeperbaiki sistempemerintahan di negeri ini, sehingga ia dinobatkan sebagai pahlawanAmanat Penderitaan Rakyat (Ampera). Dengan jasa-jasanya, pantaskahjika Jamaat Ahmadiah terus-menerus menanggung derita akibatketidaktahuan kita?

HENI PURWONO, S.Pd. Direktur Eksekutif Pusat Studi Penelitian Sejarah
dan Sosial (Puspless)

Read More......

Rabu, 21 Januari 2009

Ahmadiyah:Sejarah Yang Terlupa

Persinggungan Founding Father Dengan Ahmadiyah: Sebuah Sejarah Yang Terlupakan

Oleh :A. Faizal Reza
(Pemerhati masalah sosial dan agama, tinggal di Bandung)

Ketika seharusnya saudara-saudara kita dari Ahmadiyah mendapatkan perlindungan dan jaminan keamanan akibat tindakan persekusi yang menimpanya akhir-akhir ini, para pejabat kita malah mengeluarkan pernyataan yang menyakiti perasaan mereka. Salah satunya datang dari seorang pejabat tinggi negara kita yang mempertanyakan kontribusi Ahmadiyah terhadap bangsa ini. Ibarat pepatah, “Bukannya menolong, tetapi menggolong” Bukannya perlindungan yang didapat, kesusahan yang mereka alami semakin bertambah. Point inilah yang ingin penulis ulas.


Ahmadiyah menjejakkan pengaruhnya di tanah air jauh sebelum era kemerdekaan. Setidaknya pada tahun 20-an, literatur-literatur Ahmadiyah sudah dikenal tokoh-tokoh pergerakan kita. Jadi, ketika Ahmadiyah Lahore masuk pertama kali ke tanah air dengan perantaraan mubalighnya, Mirza Wali Ahmad Beig pada 1924, lalu disusul setahun kemudian oleh Ahmadiyah Qadian, melalui utusannya Tuan Rahmat Ali, tokoh-tokoh pergerakan tidak terlalu asing lagi. Satu hal yang tidak dapat disangkal, Ahmadiyah menawarkan pemahaman-pemahaman Islam yang segar, dan ini cocok dengan mereka yang merasakan gejala “inferiority complex” ketika berhadap-hadapan dengan hegemoni Barat. Pengaruh Ahmadiyah terlihat pada kongres Sarekat Islam 1928, di Yogya. Dalam kongres itu dibicarakan tafsir Qur’an -yang digarap Tjokroaminoto- yang ternyata didasarkan atas tafsir Ahmadiyah Lahore. Mengapa justeru memakai tafsir Ahmadiyah ? Tentang ini Agus Salim menerangkan bahwa dari segala jenis Al-Qur’an, yaitu dari kaum kuno, kaum mu’tazillah, ahli sufi dan golongan modern (di antaranya, Ahmadiyah), tafsir Ahmadiyahlah yang paling baik untuk memberi kepuasan kepada pemuda-pemuda Indonesia yang terpelajar (Pringgodigdo, 1978 : 41).
“Nuansa” Ahmadiyah juga turut mewarnai pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond (JIB). Seperti dituturkan Nurcholish Madjid, saking terpelajarnya, mereka ini memilih buku-buku Islam dalam bahasa Barat, yang pada waktu itu tidak ada yang lain kecuali terbitan Ahmadiyah. Maka dari itu banyak sekali orang memakai buku-buku Ahmadiyah tanpa menjadi anggota Ahmadiyah.
Lebih kentara lagi pengaruh tersebut kepada Bung Karno. Buku-Buku Ahmadiyah turut berkonstribusi “mematangkan” pemahaman ke-Islamannya. Akibatnya, tak sedikit tulisan-tulisan Bung Karno yang menyertakan Ahmadiyah di dalamnya. Ketika di buang ke Endeh, Bung Karno menyatakan bahwa pemahaman-pemahaman kelompok ini merupakan pemahaman yang modern, rasional, dan broadminded. Sikap Bung Karno tersebut tak urung mengundang lawan-lawan politiknya menuduh beliau menjadi propagandis Ahmadiyah. Hal ini dibantah Bung Karno sendiri, namun demikian penghargaannya terhadap kelompok ini tidak pernah berhenti. Semisal dalam artikel “Memudakan Pengertian Islam” yang ditulis Bung Karno pada tahun 40-an. “ Di sana Bung Karno menyoroti Ahmadiyah sebagai organisasi Islam yang mempunyai pengaruh besar tidak saja di India, lebih dari itu merupakan faktor penting pula di dalam dakwah Islam di benua Eropa (Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid I).
Sejarah mencatat pula konstribusi Ahmadiyah internasional untuk tanah air kita. Ketika Kemerdekaan Indonesia baru saja dikumandangkan, sebagai negara yang masih muda tentu membutuhkan dukungan serta pengakuan dari negara-negara lainnya, dan Ahmadiyah turut aktif mengkampanyekan hal ini ke seluruh dunia. Banyak tulisan-tulisan dalam surat kabar –yang ditulis tokoh-tokoh Ahmadiyah- membentangkan sejarah perjuangan kita yang intinya untuk menyiarkan seluas-luasnya kemerdekaan yang baru saja dicapai bangsa Indonesia.
Secara lebih Khusus, Khalifatul Masih II, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad –pemimpin Ahmadiyah (Qadian) internasional ketika itu- memberikan seruan kepada seluruh pemimpin dunia Islam supaya mereka dengan serentak menyatakan sikapnya untuk mengakui berdirinya pemerintahan Republik Indonesia. Hal ini kemudian diiringi perintah spritual, agar para pengikut Ahmadiyah di seluruh dunia berpuasa tiap hari Senin-Kamis selama bulan September-Oktober guna memohon do’a kepada Allah untuk kejayaan Indonesia (Kedaulatan Rakyat, edisi Selasa Legi, 10/12/46).
Perintah Pimipinan Ahmadiyah Internasional ini kemudian dijalankan Sayyid Shah Muhammad al-Jailani, mubaligh Ahmadiyah Qadian untuk Indonesia. Melalui kegiatan-kegiatan sosialnya mendukung kemerdekaan, Shah Muhammad mulai dikenal Bung Karno. Semenjak itu hubungan keduanya semakin erat dan di kemudian hari, atas jasa-jasanya, Shah Muhammad dianugerahi status kewarganegaraan Indonesia. Tokoh Ahmadiyah lainnya yang turut aktif dalam revolusi kita adalah R. Muhyidin –Ketua Pengurus Besar Ahmadiyah Qadian-. Karena aktivitasnya sebagai Sekretaris Panitia Perayaan Kemerdekaan tahun pertama di Ibukota RI, mengakibatkan beliau diculik tentara Belanda dan hingga kini hilang tak tentu rimbanya.
Pada saat agitasi-agitasi anti Ahmadiyah sedang hangat-hangatnya di Pakistan tahun 50-an, di Indonesia sendiri Shah Muhammad tidak tinggal diam. Salah satu target serangan mullah-mullah Pakistan pada waktu itu adalah Zafrullah Khan, Menteri Luar Negeri Pakistan yang kebetulan adalah seorang ahmadi. Shah Muhammad kemudian menemui Mr. Jusuf Wibisono-tokoh Masyumi-. yang mengakui banyak membaca literatur-literatur Ahmadiyah, meski dirinya bukan seorang Ahmadi. Sebagai hasil dari pembicaraannya itu, Jusuf Wibisono menulis serangkaian karangan dalam Harian Mimbar Indonesia guna mengkritik pemerintah Pakistan, sebab Zafrullah sudah berjasa besar bagi dunia Islam dan untuk Pakistan sendiri.
Tidak lama setelah tulisan-tulisan Jusuf Wibisono tersiar, Duta Besar Pakistan Untuk Indonesia, Choudry Muddabbir Husein mengakui kepada Shah Muhammad bahwa dirinya telah dipanggil menghadap Presiden Soekarno. Pada kesempatan itu Bung Karno menyalahkan serta menyesalkan Pemerintah Pakistan yang bersikap masa bodoh terhadap kejadian huru-hara anti Ahmadiyah dan Zafrullah Khan. Peringatan keras Bung Karno, dapat dilihat dari kata-katanya kepada sang duta besar, “Sampaikan segera kepada pemerintahmu,kalau Pemerintah Pakistan terus membiarkan keadaan itu berlarut-larut dan tidak berusaha mengatasinya dengan segera, maka kami akan meninjau kembali apa perlunya pemerintah Indonesia melanjutkan hubungan diplomatik dengan pemerintah semacam itu. (Sinar Islam, 1977).
Kedekatan Ahmadiyah terjalin juga dengan “Dwitunggal” lainnya, yakni Bung Hatta. Serupa dengan Bung Karno, tokoh proklamator ini mengenal Ahmadiyah melalui buku-buku dan tokoh-tokoh Ahmadiyah di Indonesia. Dan jika kita mau meneruskan ini, masih banyak peran serta kontribusi Ahmadiyah yang belum terungkap. Semisal bagaimana Departemen Agama kita mengutip buku “Pengantar Untuk Mempelajari Al-Qur’an,” karya Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II Ahmadiyah, untuk proyek tafsir Al-Qur’an tanpa pernah menyebutkan sumbernya. Atau tokoh Arief Rahman Hakim –Pejuang Ampera- yang ternyata adalah seorang anggota Khudam, Pemuda Ahmadiyah.
Melihat kedekatan Ahmadiyah dengan founding fathers, pada gilirannya membawa keprihatinan menyikapi para pejabat kita sekarang. Mengapa mereka tidak searif bapak-bapak pendiri negara ini ? Jawabannya terletak pada kualitas mereka sebagai pemimpin.

Read More......

Bung Karno dan Ahmadiyah

Bung Karno: Dari Persatuan Nasional Sampai Soal Ahmadiyah

by : Bonnie Triyana

Laksana menguras lautan, membicarakan Bung Karno tak pernah ada habisnya. Selalu saja ada hal menarik untuk didiskusikan.Bulan Juni adalah bulannya Bung Karno. Ia lahir pada 6 Juni 1901, mengemukakan konsep Pancasila untuk kali pertama pada 1 Juni 1945 dan meninggal dunia pada 21 Juni 1970. Tahun ini, karena bertepatan dengan seabad kebangkitan bangsa, hari Pancasila dirayakan secara gegap gempita oleh beberapa elemen masyarakat Indonesia. Namun sayang, sukacita di dalam peringatan tersebut harus ternodai oleh insiden Monas yang menciderai rasa persatuan nasional.

Syafi‘i Maarif, mantan Ketua PP Muhammadiyah dalam sebuah kesempatan, mengomentari beberapa kejadian akhir-akhir ini, mengatakan perlunya para pemimpin mempelajari kembali gagasan-gagasan Bung Karno dan Bung Hatta. Untuk membina persatuan bangsa kita memang perlu sesekali menengok ke belakang, melihat kembali apa yang dilakukan oleh para pendiri republik ini di dalam menjaga persatuan.

Banyak pemimpin yang berlagak “futuristik”, selalu menganjurkan pentingnya masa depan. Padahal tanpa bercermin ke masa lalu, yang menghasilkan kekinian, sulit rasanya untuk memprediksi masa depan yang cerah. Terlebih ketika masa lalu ditinggalkan begitu saja tanpa pernah memetik pelajaran daripadanya.

Nasionalisme, Islam, dan Marxisme
Bung Karno menekankan pentingnya persatuan nasional, karena menurutnya hanya itulah benteng terkuat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sejak muda, ia menggandrungi persatuan, seperti yang dia perlihatkan ketika menulis artikel “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” pada 1927. Menyatukan semua kekuatan revolusioner (sammenbundelling van alle revolutionaire krachten) demi kemerdekaan Indonesia menjadi tujuan pekerjaan Bung Karno selama bertahun-tahun dan karena itu jualah berulang kali dia masuk penjara kolonial Belanda.

Bung Karno seringkali diolok-olok sebagai pemimpi karena berupaya keras menyatukan ketiga golongan yang banyak disebut orang banyak sebetulnya tak mungkin untuk disatukan. Pemahaman Bung Karno mengenai ketiga hal memang berbeda dari pemahaman kebanyakan orang. Menurut Bung Karno, Islam adalah elemen penting yang menebalkan rasa nasionalisme dan menghimpun persaudaraan di kalangan rakyat jajahan. Ia menilai Islam sama sekali tak bertentangan dengan konsep nasionalisme yang digagasnya.

Sebaliknya, Bung Karno melihat perasaan nasionalisme yang sempit dan terjebak pada sifat chauvinistik justru bertentangan dengan gagasan di dalam Islam. Sementara itu persinggungan antara Marxisme dan Islam yang menurut banyak kalangan bagaikan menyatukan air dan minyak dalam satu wadah sama sekali bukan masalah buat Bung Karno. Dia memandang cita-cita di dalam Marxisme tidak bertentangan dengan Islam, karena Marxisme cuma satu metode untuk memecahkan persoalan-persoalan ekonomi, sosial, politik dan sejarah manusia.

Bagi Bung Karno, nasionalisme harus dapat menyediakan tempat bagi Islam dan kaum Marxis dan sebaliknya Islam juga harus bekerjasama dengan nasionalis dan Marxis. Pertentangan antara agama dengan Marxisme dikesampingkan Soekarno dengan menerima materialisme historis dan menolak falsafah materialis. Tentu saja apa yang dibayangkan oleh Bung Karno tidak sepenuhnya berjalan mulus. Paling tidak ketidakmulusan realisasi pemikiran Bung Karno itu bisa dilihat dari perdebatan-perdebatan yang terjadi di dalam konstituante di tahun 1950-an, terutama antara golongan Islam dengan kelompok lain yang bahkan mengarah kepada perang saudara.

Menurut pendapat sejarawan Onghokham, Bung Karno memiliki kepentingan untuk membuat sebuah front persatuan di dalam melawan penjajahan. Jadi konsep Nasionalisme, Islam dan Marxisme yang dia tulis merupakan bentuk “inovasi politik” yang didasarkan pada realitas politik yang sedang berkembang pada zamannya. Ia melihat Sarekat Islam tumbuh pesat dan berhasil menyatukan umat muslim dalam satu wadah, sementara kelompok Marxis, dalam hal ini PKI, berhasil membawa rakyat untuk muncul sebagai kekuatan progresif yang berani melawan Belanda seperti yang terjadi pada peristiwa pemberontakan tahun 1926.

Bung Karno teguh mempertahankan keyakinan politiknya itu. Boleh dikata dia terjun ke gelanggang politik untuk kali pertama dengan konsep itu dan sampai saat dia digulingkan oleh Soeharto pun masih kukuh bertahan dengan pendapatnya. Soeharto memaksa Bung Karno untuk membubarkan PKI yang dituduh berada di balik pembunuhan para jenderal. Namun konsep Nasakom yang terlanjur diketahui dunia sebagai pemikiran Bung Karno tak memungkinkan buatnya menghilangkan unsur “kom” dari jagat politik di Indonesia. “Tangkap tikusnya, jangan bakar rumahnya,” demikian ujar Bung Karno menanggapi penyelesaian perkara G.30.S yang membabi-buta oleh Soeharto.

Bung Karno memang pemimpin yang teguh di dalam memegang pendirian. Dia tegas dan berani mengatakan tidak di saat dia harus berkata tidak dan berkata iya di saat keadaan mengharuskan dia berbuat sesuatu. Boleh dibilang kalau Bung Karno adalah segelintir pemimpin di dunia yang berani mengatakan “tidak” pada Amerika Serikat.

Di zaman sekarang, ada baiknya menghidupkan kembali semangat persatuan nasional di kalangan rakyat. Karena persatuan nasional yang dirintis oleh Bung Karno itulah bangsa ini tak pernah mengalami balkanisasi, sebagaimana yang terjadi di Uni Soviet.

Orator Kharismatik
Gaya orasinya yang menawan dan tentu saja keahliannya di dalam menyampaikan pidato-pidatonya, membuat Bung Karno lebih cepat diterima rakyat ketimbang pemimpin politik nasionalis lainnya. Bung Karno pandai menerjemahkan konsep-konsep politik modern ke dalam bahasa yang sederhana dan mudah dicerna oleh sebagian besar rakyat yang mayoritas buta huruf dan miskin. Ia inovatif di dalam membuat metafor-metafor sehingga apa yang disampaikannya selalu menarik hati orang banyak untuk mendengar pidatonya.

“Kenapa Gunung Kelud meledak? Ia meledak oleh karena lobang kepundannya tersumbat. Ia meledak oleh karena tidak ada jalan bagi kekuatan-kekuatan yang terpendam itu bertumpuk sedikit demi sedikit dan.......Dooor. Keseluruhan itu meletus,” kata Bung Karno dalam sebuah pidatonya di Bandung pada 1922. Dengan perumpamaan letusan Gunung Kelud itu ia menjelaskan kepada rakyat tentang dashyatnya kekuatan rakyat Indonesia bilamana bersatu melawan penjajahan.

Di dalam beberapa pidatonya, terutama di era pergerakan, dia acapkali menggunakan ramalan-ramalan Jayabaya di dalam menjelaskan proyeksi masa depan bangsa Indonesia. Dia seakan sadar bahwa massa rakyat pendukungnya tak sepenuhnya paham mengenai soal-soal di dalam pemikiran Marx atau Ernest Renan. Oleh karena demikian dipinjamlah ramalan Jayabaya tentang berkobarnya perang dan datangan bangsa cebol berkulit kuning yang bertahan seumur jagung. Dan kebetulan apa yang diramalkan oleh Jayabaya dan kemudian dikatakan kembali oleh Bung Karno terbukti di kemudian hari benar adanya.

Gagasan kemerdekaan yang diutarakan oleh Bung Karno juga tak lepas dari pengaruh corak gerakan milerianisme dari abad 19. Kemerdekaan, demikian Bung Karno, adalah jembatan emas yang akan menghubungkan rakyat Indonesia kepada suatu zaman cerah; gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. Bung Karno sedang membuat mitos, mitos yang justru berhasil menyatukan rakyat di dalam semangat kemerdekaan.

Dalam pledoinya yang legendaris, “Indonesia Menggugat”, dia mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan satu hal yang pasti dan hanya menunggu waktu yang tepat saja. “Sedangkan seekor cacing kalau ia disakiti, dia akan menggeliat dan berbalik-balik. Begitu pun kami. Tidak berbeda daripada itu,” ujar Bung Karno pada majelis hakim landraad Bandung.

Bung Karno sadar dengan pilihan hidup yang telah dia tempuh. Penjara bukan akhir perjuangannya. Pilihan hidup bekerja mapan sebagai pegawai pemerintah kolonial ditampiknya demi berjuang memerdekakan rakyat Indonesia. “Cobalah bayangkan ketegangan dari masa ini. Kami adalah pelopor-pelopor revolusi. Bersumpah untuk menggulingkan pemerintah. Dan Sukarno ‘“ menjadi duri yang paling besar. Setiap hari tajuk rencana menentangku dan tak pernah terluang waktu barang sejam di mana aku tidak dikejar-kerja oleh dua orang detektif atau beberapa orang mata-mata semacam itu,” kata Bung Karno.

Bung Karno dan Ahmadiyah
Akhir-akhir ini terjadi kontroversi yang luar biasa hebatnya mengenai perlu atau tidaknya Ahmadiyah di Indonesia dibubarkan. Persoalan ini bahkan berujung pada insiden Monas, 1 Juni 2008. Cilakanya, insiden itu terjadi pada saat hari Pancasila diperingati, saat yang seharusnya dirayakan sebagai hari keberagaman di Indonesia.

Bagaimana Ahmadiyah menurut Bung Karno?

Pada 25 November 1935, Bung Karno menulis artikel yang berjudul Tidak Percaya Bahwa Mirza Gulam Ahmad Adalah Nabi. Artikel itu dia tulis sehubungan adanya isu yang menyebut-nyebut bahwa Bung Karno turut mendirikan organisasi Ahmadiyah di Indonesia dan juga menjadi anggotanya. Isu itu konon disebarluaskan oleh agen intelijen pemerintah kolonial, PID (Politieke Inlichtingen Dients), untuk mendiskreditkan Bung Karno.

Dalam artikelnya itu Bung Karno menolak tuduhan bahwa dia adalah jemaat Ahmadiyah. Bung Karno menulis, "Saya bukan anggota Ahmadiah. Jadi mustahil saya mendirikan cabang Ahmadiah atau menjadi propagandisnya. Apalagi buat bagian Celebes! Sedang pelesir ke sebuah pulau yang jauhnya hanya beberapa mil saja dari Endeh, saya tidak boleh! Di Endeh memang saya lebih memperhatikan urusan agama daripada dulu. Di samping saya punja studi sociale wetenschappen, rajin jugalah saya membaca buku-buku agama. Tapi saya punya ke-Islam-an tidaklah terikat oleh sesuatu golongan. Dari Persatuan Islam Bandung saya banyak mendapat penerangan; terutama personnya tuan A. Hassan sangat membantu penerangan bagi saya itu".

Bung Karno menampik dikatakan sebagai anggota Ahmadiyah. Ia lebih suka disebut sebagai seorang penganut Islam yang tak terikat dengan satu golongan apa pun. Dan dari tulisannya itu tampak bahwa Bung Karno adalah pembelajar agama Islam yang tekun dan serius, yang mau belajar kepada siapa pun, termasuk kepada kalangan Persatuan Islam (Persis). Ia menempatkan soal belajar hal-hal keagamaan dalam Islam sebagaimana dia juga membaca buku-buku ilmu sosial (Sociale Wetenschappen).

Ia kemudian melanjutkan, "Mengenai Ahmadiah, walaupun beberapa pasal di dalam mereka punya visi saya tolak dengan yakin, toh pada umumnya ada mereka punya features yang saya setujui: mereka punya rationalisme, mereka punya kelebaran penglihatan (broadmindedness), mereka punya modernisme, mereka punya hati-hati terhadap kepada hadist, mereka punya striven Qur'an saja dulu, mereka punya systematische aannemelijk makingvan den Islam. Oleh karena itu, walaupun ada beberapa pasal dari Ahmadiah tidak saya setujui dan malahan saya tolak, misalnya mereka punya "pengeramatan" kepada Mirza Gulam Ahmad, dan kecintaan kepada imperialisme Inggris, toh saya merasa wajib berterima kasih atas faedah-faedah dan penerangan-penerangan yang telah saya dapatkan dari mereka punya tulisan-tulisan yang rasionel, modern, broadminded dan logis itu."

Itulah pandangan Bung Karno terhadap Ahmadiyah. Ada beberapa soal di dalam ajaran Ahmadiyah yang dia terima sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang rasionil. Tapi ada pula yang dia tolak mentah-mentah, terutama sekali soal “pengeramatan” yang berlebihan pada Mirza Gulam Ahmad sampai-sampai muncul anggapan dari jemaatnya bahwa dia nabi.

Hal tersebut memperlihatkan sikap toleransi dan kemampuan Bung Karno di dalam memahami sebuah persoalan. Dia tidak bersikap gebyah uyah, pukul rata sembarangan. Bung Besar itu bahkan tidak menghakimi “haram” atau membebani “dosa” pada jemaat Ahmadiyah. Sikap toleransi yang disertai tingkat intelektual yang tinggi itu membuatnya bisa mendalami sebuah permasalahan serumit dan sepelik apa pun itu. Bahkan, ketika dia sudah menjadi presiden Republik Indonesia, belum sekalipun terdengar ada perintah untuk membubarkan Ahmadiyah.

Rasa-rasanya tidak berlebihan untuk menginterpretasikan sikap toleransi Bung Karno tersebut sebagai bukti bahwa dia membangun negara ini bukan untuk satu atau dua golongan saja, melainkan buat seluruh rakyat Indonesia dari golongan mana pun selama dia berkomitmen penuh dan loyal pada Republik Indonesia.

http://www.jurnalnasional.com/?media=KR&cari=kelud&rbrk=&id=52488&pagekr=0&bkr=true&nkr=true&pagebn=0&bbn=false&nbn=

Read More......

Rabu, 05 November 2008

Cak Nun dan Komunitas Ahmadiyah Berlin



(Cak Nun dan Komunitas Ahmadiyah Berlin)
http://www.padhangmbulan.com/ info/4-berita/ 121-ahmadiyah- berlin

Pada kesempatan itu Emha dan Novia menyempatkan bertemu dengan Jemaat Ahmadiyah, berikut ini adalah penuturan Emha yang disampaikan melalui email; Selama ini terdapat kesalahpahaman dan disinformasi serius tentang 'kasus' Ahmadiyah di Indonesia. Berita-berita yang sampai ke masyarakat Ahmadiyah di sejumlah Negara menyebutkan bahwa yang terjadi di Indonesia bukan hanya aktivitas Ahmadiyah dilarang, tapi juga para pimpinan atau Imam-Imam Jemaat Ahmadiyah di Indonesia, dibunuh. Demikian menurut Emha Ainun Nadjib, sesudah perjumpaannya dengan Imam Abdel Basith Thariq (Imam Ahmadiyah di Berlin, Jerman) 24 Oktober 2008 yang lalu.

Pertemuan itu berlangsung di Masjid Khadija, markas Jemaat Ahmadiyah Qodiyan di wilayah yang dulunya terletak di Berlin Timur sebelum reunifikasi dua Jerman beberapa tahun silam. "Kecanggihan teknologi informasi tidak banyak menolong berkurangnya kemungkinan distorsi dan deviasi atau bahkan pembalikan fakta-fakta tentang sesuatu hal, terutama yang menyangkut Islam", katanya.

Jemaat Ahmadiyah dan Kaum Muslimin di Jerman mengalami berbagai 'ujian'. Berdirinya Masjid Khadija mendapat tentangan keras dari pemerintah lokal dan masyarakat setempat yang dulunya adalah rakyat DDR atau Negara sosialisme Jerman Timur yang memang tidak punya pengalaman berinteraksi dengan Ummat Islam. Tidak sedikit di antara masyarakat lokal tersebut yang bukan hanya fobi atau bahkan anti-Islam, tapi juga belum bisa menerima pergaulan dengan "orang asing" dengan Agama apapun. Akan tetapi konstitusi Negara Jerman mensyahkan berdirinya Masjid itu dan secara konsekwen aparat kepolisian menjaga keamanannya.

Pertemuan Emha dengan Imam Ahmadiyah Berlin itu untuk 'memastikan' pandangan Ahmadiyah di kota besar Eropa tentang tiga hal. Pertama, apakah Mirza Ghulam Ahmad itu Nabi atau bukan. Kedua, hujjah atau argumentasi kenabiannya. Ketiga,posisi dan fungsi kitab "Tadzkiroh".

Sejauh ini yang dimengerti oleh banyak kalangan di Indonesia, alasan kenabian Mirza Ghulan Ahmad adalah menyangkut "khataman-nabiyyin" atau penutup para Nabi. Menurut tafsir Ahmadiyah, kata "khatam" bukan bermakna "penutup" melainkan "cincin". Muhammad SAW adalah "cincin"nya para Nabi, semacam mutiara indah para Nabi. Argumentasi kedua menyangkut Hadits Nabi Muhammad SAW tentang pelaku hijrah yang terakhir, di mana Ulama Ahmadiyah berbeda pendapat dengan Ulama lain tentang salah satu kata dari kalimat Hadits itu.

Emha mengatakan Imam Ahmadiyah di Berlin itu menyatakan dengan tegas bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi. Argumentasi utamanya adalah kalau sesudah Muhammad SAW tidak ada Nabi, maka Nabi Isa tidak akan bisa turun lagi ke bumi sebagai Al-Masih atau Messiah atau Ratu Adil.

Akan tetapi dinyatakan kenabian Mirza Ghulam Ahmad sama sekali tidak mengurangi kebesaran dan keagungan Nabi Muhammad SAW. "Justru Mirza Ghulam Ahmad diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan keagungan dan keindahan Rasulullah Muhammad SAW", kata Emha menirukan Abdel Basith Thariq (Imam Ahmadiyah di Berlin), "Muhammad adalah Maestro, Mirza Ghulam Ahmad hanya salah seorang murid beliau, pengagum beliau, pecinta beliau, sehingga kesungguhan cintanya membuat Allah memberinya wahyu dan mengangkatnya sebagai Nabi yang bertugas menyebarkan Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kitab Tadzkiroh adalah wahyu Allah kepada Mirza Ghulam Ahmad yang dimaksudkan untuk menjunjung keindahan Al-Quran dan turut menyebarkan kebenaran dan keindahannya" .

Di bagian luar maupun dalam Masjid Khadija yang didirikan oleh Jemaat Ahmadiyah itu terdapat berbagai tanda dan tulisan-tulisan sebagaimana yang terdapat pada Masjid Ummat Islam pada umumnya: kaligrafi "Allah", "Muhammad", "Syahadatain" , nama-nama Khalifah Empat, Asmaul Husna, di bagian atap dalam Masjid tertulis ayat "Ala bidzikrillahi tathmainnul qulub" (Niscaya dengan mengingat Allah-lah ketenangan hati didapatkan). "Semua yang saya kemukakan ini hanya report dan tidak ada opini saya sendiri", kata Emha.



Read More......

Selasa, 16 September 2008

Berita Nasional

Selasa, 16/09/2008 10:58 WIB

(Karena selama ini anggota Ahmadiyah naik hajinya ke Mekkah, FPI demo Kedubes Arab Saudi)

Demo Kedubes Arab Saudi, FPI Minta Ahmadiyah Tak Dihajikan

Novia Chandra Dewi - detikNews

Jakarta - Iring-iringan 15 motor dan 1 mobil pick up penuh stereo set rombongan Front Pembela Islam (FPI) tiba di Kedutaan Besar (Kedubes) Arab Saudi. Massa FPI meminta jemaat Ahmadiyah tak diizinkan beribadah haji.

Sebanyak 50 anggota FPI datang dari markasnya di Petamburan, Jakarta Barat ke Kedubes Arab Saudi, Jalan MT Haryono, Jakarta, Selasa (16/9/2008) pukul 10.00 WIB.

"Kita memprotes orang-orang Ahmadiyah untuk berangkat haji. Karena kuota kaum muslim diganti dengan kaum Ahmadiyah," ujar Ustad H Jafar Sidik dalam orasinya.

Mereka juga meminta pemerintah Indonesia dan Arab Saudi mencekal jemaat Ahmadiyah.

"Kami meminta mencekal anggota Ahmadiyah yang sudah mendaftarkan haji dan tidak memberikan visa buat mereka. Supaya mereka tidak menginjak kota Mekah dan Madinah," teriak Jafar yang langsung disambut teriakan takbir para anggotanya.

Tak hanya itu, mereka juga membagi-bagikan selebaran yang berisi tuntutannya. Dalam selebaran itu, mereka juga memprotes berangkatnya anggota Komisi VIII Theodorus JK, yang nonmuslim, memantau pelaksanaan haji di Arab Saudi pada tahun 2005.

Para anggota FPI yang berdiri di pagar Kedubes Arab Saudi dikawal 50 personel kepolisian dan petugas keamanan dalam dari Kedubes. Demo ini menutup 1 lajur dari 3 lajur ke arah Kuningan, sehingga lalu lintas tersendat.(nwk/ asy)
http://www.detiknew s.com/read/ 2008/09/16/ 105841/1006952/ 10/demo-kedubes- arab-saudi, -fpi-minta- ahmadiyah- tak-dihajikan



Read More......

Opini Islam

KONFERENSI DUNIA

Sambutan Raja Abdullah bin Abdulaziz

(Konferensi Dunia tentang Dialog)


Madrid – Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang telah mewahyukan dalam
Kitab Suci-Nya: "Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan, dan Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang
paling bertakwa."


Damai dan rahmat atas Nabi Muhammad dan atas seluruh nabi dan rasul.

Yang Mulia, sahabatku, Juan Carlos, Raja Spanyol:

Sahabat-sahabat yang terhormat: Selamat datang, dan saya ucapkan
terima kasih kepada Anda yang telah menjawab undangan kami dan hadir
dalam dialog ini. Saya menghargai segala upaya yang anda lakukan
dalam melayani kemanusiaan. Saya haturkan penghargaan setinggi-
tingginya kepada sahabat-sahabat saya, Yang Mulia Raja Juan Carlos
dan Kerajaan Spanyol, serta rakyatnya yang penuh keramahan menyambut
berkumpulnya kita dalam konferensi ini di tanah air mereka, sebuah
wilayah yang memiliki warisan bersejarah dan peradaban di antara umat-
umat beragama, dan yang telah menjadi saksi koeksistensi antara
rakyat dari berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan, dan yang
memberi sumbangan, bersama peradaban-peradaban lain, bagi kemajuan
umat manusia.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: saya datang kepada Anda dari tempat
yang dekat dengan hati semua Muslim, tanah tempat Dua Masjid Suci,
membawa sebuah pesan dari dunia Islam, yang mewakili para sarjana dan
pemikirnya yang belum lama ini bertemu dalam lingkup Baitullah. Pesan
ini menyatakan bahwa Islam merupakan sebuah agama yang tidak berlebih-
lebihan dan bertenggang rasa; sebuah pesan yang menyerukan bagi
dialog konstruktif di antara umat beragama; sebuah pesan yang
berjanji membuka sebuah halaman baru bagi umat manusia yang di
dalamnya – Insya Allah – musyawarah akan menggantikan konflik.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Kita semua percaya pada Tuhan yang
Maha Esa, yang mengirimkan para utusan-Nya demi kebaikan umat manusia
di dunia ini dan akhirat nanti. Sudah kehendak-Nya, Maha Besar Allah,
bahwa manusia harus berbeda dalam keyakinan. Jika Allah Yang Maha
Kuasa berkehendak, semua manusia akan memiliki agama yang sama. Kita
bertemu hari ini untuk menegaskan bahwa agama-agama yang dikehendaki
Allah Yang Maha Kuasa demi kebahagiaan umat seharusnya menjadi sarana
untuk memastikan terwujudnya kebahagiaan itu.

Karena itu wajib hukumnya bagi kita untuk menyatakan kepada dunia
bahwa perbedaan tidak harus menyebabkan konflik dan konfrontasi, dan
untuk menyatakan bahwa tragedi-tragedi yang telah terjadi dalam
sejarah manusia tidak ada hubungannya dengan agama, tetapi merupakan
akibat dari ekstremisme yang sebagian umat dari setiap agama ilahiah,
dan dari setiap ideologi politik, telah pernah mengalaminya.

Umat manusia dewasa ini sedang menderita akibat hilangnya nilai-nilai
dan kerancuan konseptual, dan sedang melalui sebuah tahapan kritis di
mana, terlepas dari segala kemajuan ilmu pengetahuan yang ada, kita
sedang menyaksikan berkembang biaknya kejahatan, meningkatnya
terorisme, terpecahnya keluarga, pemberontakan pikiran-pikiran kaum
muda akibat penyalahgunaan obat-obatan, pemerasan yang lemah oleh
yang kuat, dan kecenderungan- kecenderungan rasis penuh kebencian. Ini
semua merupakan akibat dari kekosongan spiritual yang diderita orang
karena mereka melupakan Tuhan, dan Tuhan menyebabkan mereka melupakan
diri mereka sendiri. Tidak ada penyelesaian bagi kita selain
menyepakati sebuah kesatuan pendekatan, melalui dialog di antara
agama dan peradaban.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Kebanyakan dialog di masa lalu
gagal karena mereka telah terpuruk menjadi tempat saling menuding
yang memusatkan perhatiannya pada perbedaan-perbedaan yang ada dan
melebih-lebihkannya ; dengan upaya-upaya mandul yang justru semakin
memperburuk dan bukannya meredakan ketegangan, atau karena mereka
mencoba untuk mencampurkan agama dan keyakinan dengan alasan untuk
mempererat persatuan mereka.

Ini adalah sebuah upaya yang sama-sama tidak akan membuahkan hasil
karena umat tiap-tiap agama memiliki iman yang teguh terhadap
keyakinan mereka masing-masing, dan tidak akan menerima pilihan lain
yang ditawarkan. Jika kita ingin pertemuan bersejarah ini berhasil,
kita harus memusatkan perhatian pada persamaan-persamaan yang
menyatukan kita, yaitu iman yang kuat kepada Tuhan, prinsip-prinsip
yang mulia, dan nilai-nilai moral yang tinggi, yang merupakan
intisari agama.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Manusia dapat menjadi penyebab
kehancuran planet ini dan semua yang ada di dalamnya. Tapi manusia
juga mampu mengubahnya menjadi sebuah oasis perdamaian dan ketenangan
tempat para umat berbagai agama, keyakinan, dan filosofi dapat hidup
berdampingan, dan orang dapat bekerja sama satu dengan yang lain
dalam sikap saling menghormati, dan mengatasi berbagai permasalahan
melalui dialog, bukan kekerasan.

Manusia juga mampu – dengan rahmat Allah – memusnahkan kebencian
dengan cinta, dan kemunafikan dengan toleransi, yang dengan demikian
memungkinkan semua umat manusia menikmati martabat yang telah
dianugerahkan Yang Maha Kuasa kepada mereka semua.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Marilah kita jadikan dialog kita
sebagai sebuah kemenangan keyakinan atas ketidakyakinan, kebajikan
atas kejahatan, keadilan atas ketidakadilan, perdamaian atas konflik
dan perang, dan persaudaraan manusia atas rasisme.

Karena itu, bersama Tuhan kita memulai, dan kepada-Nya kita memohon
pertolongan. Saya mengulurkan sambutan dan menghaturkan penghargaan
tulus saya kepada Anda semua.

Terima kasih dan damai bagi kita.

* Raja Abdullah bin Abdulaziz adalah Raja Kerajaan Arab Saudi.
Konferensi Dunia tentang Dialog berlangsung di Madrid pada 16-18 Juli
2008.

**Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground
(CGNews) dan dapat dibaca



Read More......

Opini Islam

Rasulullah SAW Teladan Praksis Kesederhanaan
Oleh : Hdh. Mirza Masroor Ahmad

Rasulullah SAW telah memberikan ajaran bahwa janganlah menganggap barang-barang materiil itu segalanya. Kesenangan dan barang-barang yang baik di dunia adalah untuk manfaat kita dan kita harus mengambil manfaatnya. Tetapi juga harus diingat bahwa semuanya untuk mencari ridha Allah. Jika ingin memperoleh ridha Allah maka harus menjalani hidup sederhana dan mendapatkan serta merasakan kepuasan hati yang merupakan jalan untuk meraih kesenangan dan ridha Allah Taala tersebut. Ini adalah cara untuk memperoleh kedekatan kepada Allah. Jadi jika kamu sedang sibuk dan bersemangat dalam mencari kesenangan duniawi serta melupakan tugas terhadap Allah, maka sedikit demi sedikit yang demikian itu akan menjadi sembahan dan dambaanmu.
Allah Taala berfirman Kami telah berikan kepadamu barang yang baik-baik dari dunia ini sehingga Kami dapat mengujinya. Barang-barang keperluan dari Tuhan adalah yang terbaik dan itulah yang akan berlangsung lama.

Jadi, Allah berfirman janganlah kalian menganggap bahwa semua keperluan barang duniawi dan barang-barang materil itu di atas segalanya dan janganlah melihat barang tersebut sebagai godaan yang sedemikian bahwa hal itu adalah anugerah yang besar. Adalah memang benar bahwa barang-barang itu merupakan sebuah anugerah dan Allah telah menciptakan barang-barang materil ini, tetapi keridhaan Tuhan itulah yang harus diutamakan di dalam pikiran kalian. Kalau tidak begitu, maka anugerah tersebut akan membawamu menjauh dari Tuhan. Kemudian barang-barang ini tidak lagi menjadi anugerah namun menjadi satu kutukan. Oleh karena itu dikatakan bahwa kalian harus berusaha dan mencari untuk perbekalan dari Allah. Untuk menerangkannya apa yang dinamakan perbekalan dari Tuhan itu? Yaitu untuk membungkukkan diri di hadapan-Nya, untuk bersujud di depan-Nya dan menyerahkan diri kepada-Nya serta mengikuti ketakwaan. Standar yang tinggi inilah yang telah ditunjukkan dalam praktek YM. Rasulullah SAW dan yang telah beliau nasihatkan agar kita mengerjakannya.

Allah telah mengangkat Rasulullah SAW sebagai nabi pembawa syariat terakhir. Melalui beliaulah semua syariat kenabian itu tertutup. Tetapi dengan anugerah yang besar ini, YM. Rasulullah SAW tidak memperlihatkan sesuatu kekuasaannya. Dan dalam kehidupan beliau itu kami tidak melihat dipertunjukkannya mahkota dan kekuasaan. Tetapi beliau menciptakan kesederhanaan dan rasa kepuasan hati di dalam kehidupannya. Karena beliau benar-benar mengerti akan perintah-perintah dari Allah dan hukum syariat yang diturunkan kepada beliau. Dengan bekerja sesuai perintah tersebut, beliau saw menegakkan standard yang tinggi dalam hal kepuasan beliau di mana para pengikut beliau harus berusaha untuk mengikutinya. Sesuai perintah Allah beliau menerangkan kepada para pengikutnya tentang ajaran mana yang harus diikuti oleh mereka.
Kitab Suci Al-quran menyebutkannya di dalam Surah Al-Ankabut (29:55):

yang artinya:
Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan sendau gurau dan permainan. Dan sesungguhnya rumah di akhirat itulah kehidupan yang hakiki, seandainya mereka mengetahui.

Bahwa kehidupan di dunia ini adalah sebuah senda gurau dan permainan, tak ada lainnya di samping itu, kenyataannya, kehidupan sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat itulah, jika mereka mengetahuinya. Jadi nabi harus memberitahukannya kepada orang lain juga tentang ajaran yang sudah diwahykan ini. Beritahukan kepada pengikut-mu bahwa dunia ini tidak lain hanyalah sport dan permainan, dan kalian harus memikirkan kehidupan akhirat nanti. Kalian harus menggunakan barang materiil ini, tetapi jangan menjadikan barang materiil ini sebagai tujuan hidup kalian.
Hidup sederhana, perasaan puas dan mengingat Allah itulah yang akan bermanfaat dan akan memperoleh berkat-berkat Allah. Bukannya melibatkan diri dalam senda gurau dan permainan ini serta menuruti kehidupan kesenangan duniawi, adalah baik jika dapat bekerja berdasarkan perintah dari Allah dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Jadi, inilah ajaran yang diberikan oleh YM. Rasulullah SAW kepada kita. Orang yang memberikan ajaran ini kepada kita, yang standard ketakwaannya sangat istimewa dan beliau SAW adalah nabi pembawa syariat Tuhan yang terakhir, yang Anda dapat lihat betapa bagus contoh karakternya ini. Dalam berbagai aspek dari kehidupan beliau SAW, maka hal ini selalu menjadi perhatiannya. Di rumahnya, beliau tinggal dengan amat sederhana sekali, sedemikian rupa sehingga andak-anak di dalam rumah pun menjadi amat terkesan, Dua dari cucu beliau tercinta tidak pernah memiliki perasaan bahwa mereka itu adalah cucu dari seseorang yang bahkan para pengikutnya tidak akan membiarkan air bekas mengambil wudhunya jatuh terbuang sia-sia, sehingga kita harus hidup seperti princes anak-anak raja. YM. Rasulullah SAW dengan cara prakteknya menanamkan kepada anak-anak yang ada di dalam rumah beliau selalu hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan, dan inilah yang memberikan kepada saudara kebesaran.
Dikatakan bahwa Hussein bin Ali r.a. berkata bahwa ada orang-orang yang jika menunjukkan kecintaannya mereka biasa mengutarakan cintanya kepada kami, tetapi hanya kecintaan islami, karena Utusan dari Allah ini biasa bersabda janganlah meninggikan saya lebih dari apa yang menjadi hak saya, karena Allah telah menciptakan saya terlebih dahulu dan baru kemudian Allah mengangkat kami sebagai Rasul. Inilah training yang dengan praktek yang diberikan kepada sanak saudaranya di rumah serta menjelaskan kepada mereka dan memperlihatkan dalam praktek sehari-harinya bahwa saya adalah seorang hamba Tuhan yang rendah. Dengan tingginya standard dari ibadah, Allah telah memberikan kepadaku kedudukan kedekatan kepada-Nya. Kita juga harus terus mengikuti kehidupan yang bersahaja ini, kerendahan hati dan kemiskinan. Kemudian Allah juga akan memperlihatkan kepadamu jalan untuk ke kedekatan pada-Nya. Satu kali beliau saw bersabda bahwa saya adalah seorang pemimpin umat manusia, tetapi saya tidak ada kebanggaan dari itu.

Hadhrat Hussein r.a. telah menyebutkan satu hal dari tradisi bahwa Hadhrat Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa beliau mendengar Hadhrat Omar menyampaikan hadits ini di atas mimbar bahwa saya mendengar YM. Rasulullah SAW bersabda bahwa jangan memberikan pujian kepada saya secara berlebih-lebihan, seperti halnya orang-orang Kristiani lakukan untuk Ibnu Maryam, saya hanyalah seorang hamba Allah wa qulu Abdullahi wa Rasulihi maka katakanlah kepada saya bahwa saya itu adalah hamba Tuhan dan Rasul-Nya. Dengan kerendahannya ini dan kehidupannya yang bersahaja ini maka akibatnya ialah jika ada orang asing atau pendatang baru di mana beliau duduk bersama-sama maka mereka tidak mengetahui yang mana Rasulullah SAW itu, karena beliau biasa membuat pertemuan itu sederhana dan informal, sehingga pendatang baru ini tidak dapat mengenalinya. Dikatakan bahwa dalam pertemuan yang sedemikian itu, ketika YM. Rasulullah SAW setelahnya hijrah sampai Medinah, ditengah hari dengan sinar matahari yang panas. YM. Rasulullah SAW duduk dibawah bayangan sebuah pohon dan orang-orang dalam jumlah yang banyak datang menjumpai beliau. Hadhrat Abubakar juga ada bersama beliau SAW yang umurnya sepantar. Orang-orang Medinah mengatkan bahwa mereka tidak pernah melihat YM. Rasulullah SAW sebelumnya. Karena Hadhrat Abubakar duduk dekat beliau, maka mereka tidak dapat membedaknnya, beliau adalah begitu bersahaja dan merendah sehingga orang-orang mengira bahwa Abubakar itulah yang Rasulullah SAW. Ketika Abubakar menyadarinya maka beliau berdiri dan menaungi YM. Rasulullah SAW yang dengan itu mereka dapat menyadari yang mana YM. Rasulullah SAW itu.
Ada lagi riwayat dari Sharif bin Abdullah yang menyampaikan bahwa saya mendengar Anas bin Malik menyatakan bahwa satu kali kami duduk bersama YM. Rasulullah SAW di dalam mesjid. Seseorang yang menunggang unta datang, ia mengikatkan untanya ke mesjid dan berkata siapakah yang Muhammad di antara kalian? YM. Rasulullah SAW sedang duduk bersandarkan bantal, kita katakan bahwa orang yang berkulit cerah dan duduk bersandarkan bantal adalah ia itu. Ia berkata lagi apakah Anda anak dari Abdul Mutalib? YM. Rasulullah SAW menjawab ya. Ia berkata selanjutnya bahwa saya akan bertanya kepada Anda dengan pertanyaan-pertanyaan yang keras, apakah Anda tidak akan merasa tersinggung? YM. Rasulullah SAW berkata Anda boleh menanyakan apa saja yang kamu suka. Orang asing ini berkata bahwa saya sudah menyebutkan hidup yang sederhana, tetapi biarlah saya menyampaikannya kepada Anda. Ia bertanya, dengan bersumpah kepada Allah, saya bertanya apakah Allah telah mengutus Anda kepada orang-orang? Rasulullah SAW bersabda: ya. Kemudian ia berkata saya bertanya kepada Anda dengan sumpah apakah Anda itu shalat dalam hari-hari dan juga berpuasa? Rasulullah SAW berkata: ya. Kemudian ia berkata di atas sumpah saya bertanya kepada Anda bahwa barang siapa yang kaya Anda harus mengambil zakat dari mereka dan membagikannya di antara orang yang miskin? YM. Rasulullah SAW bersabda: ya. Ia berkata, ajaran apa pun yang Anda bawa saya mempercayainya dan saya adalah wakil dari Bangsa bin Bakar, saya adalah saudaranya dan saya mewakili beliau; saya mempercayai Anda.
Jadi masyarakat yang bersahaja dan informal itulah YM Rasulullah saw bersama para sahabat beliau SAW. YM. Rasulullah SAW menunjukkan dengan perbuatan dan memberikan contoh untuk kita semua, yaitu untuk memperbaiki standar hidup kita dan bukan hanya untuk didengarkan sebagai cerita dongengan saja.






Read More......

Humanity First-Serving Mankind